Imam Syafii telah
mencela sufiyah (shufiyyah) karena kesesatan mereka. Beliau telah menyebutkan
ciri-ciri mereka untuk memperingatkan agar tidak tertipu dengan mereka dan
masuk ke dalam bid’ah sufiyah.
Hal ini nampak sangat jelas dalam teks-teks ucapan beliau tentang firqoh
(golongan, sekte) ini.
Di antara ucapan beliau:
Di antara ucapan beliau:
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya dari Yunus bin Abdil A’la, dia
berkata: Aku mendengar Imam Asy-Syafii berkata: “Kalau seorang
menganut ajaran tasawuf (tashawwuf) pada awal siang hari, tidak datang waktu
zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu.” (Manaqib Imam
As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi).
Dungu adalah
sedikitnya akal. Dan itu adalah penyakit yang berbahaya. Tidaklah aneh ahli
tasawwuf dalam waktu kurang dari sehari akan menjadi orang yang dungu.
Tulisan-tulisan mereka sendiri menjadi saksi tentang hal itu.
An-Nabhani -seorang
sufi- dalam kitabnya yang berjudul Jami’ Karomat Auliya tentang biografi Ahmad
bin Idris, dia berkata:
[Di antara karomahnya
yang agung yang tidak bakal dicapai kecuali oleh orang-orang tertentu adalah
berkumpulnya dia dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan bangun
(terjaga), kemudian dia mengambil wirid-wiridnya, hizb-hizbnya dan sholawatnya
yang masyhur dari beliau secara langsung ......
Dia (Ahmad bin Idris)
diuji dengan hilangnya indera dengan benda-benda yang ada. Kemudian dia
mengeluhkan kepada sebagian guru-gurunya. Kemudian sang guru berkata: ‘Kaana (Jadilah
dia).’ Ahmad bin Idris menceritakan dirinya: Maka dengan semata ucapan sang
guru “kaana”, hilang dariku semua rasa sakit, kemudian aku bangkit waktu itu
juga dan jadilah aku seperti orang yang tidak ditimpa sesuatupun. Aku memuji
Allah. Dan aku mengetahui bahwa telah pasti apa yang dikatakan para tokoh sufi:
Awal jalan adalah junun (kegilaan), pertengahannya funun, dan akhirnya ‘kun fa
yakun’.”]
Perkataan ini tidak
pernah diucapkan oleh seorang yang berakal sama sekali. Karena tidak ada yang
berhak dengan sifat seperti ini -yaitu mengucapkan kepada sesuatu ‘kun fa
yakun’ selain Allah. Allah berfirman tentang Diri-Nya: Sesungguhnya keadaan-Nya
apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka
terjadilah ia (Kun fa Yakun). (Yasin: 82) Mereka –ahil tasawwuf- telah mengakui
bahwa diri mereka adalah gila.
Sehingga tidak keliru ketika Imam Asy-Syafii mengatakan: “Tidaklah aku melihat seorang sufi yang berakal sama sekali.” (Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi)
Sehingga tidak keliru ketika Imam Asy-Syafii mengatakan: “Tidaklah aku melihat seorang sufi yang berakal sama sekali.” (Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi)
Imam Asy-Syafii rohimahulloh berkata: “Tidaklah ada
seorang yang berteman dengan orang-orang sufi selama 40 (empat puluh) hari,
kemudian akalnya akan kembali selama-lamanya.”
Dan beliau membacakan syair:
ودع الذين اذا أتوك تنسكوا … واذا خلوا فهم ذئاب خفاف
Tinggalkan orang-orang yang bila datang kepadamu menampakkan ibadah
Namun jika bersendirian, mereka serigala buas (Talbis Iblis hal. 371)
ودع الذين اذا أتوك تنسكوا … واذا خلوا فهم ذئاب خفاف
Tinggalkan orang-orang yang bila datang kepadamu menampakkan ibadah
Namun jika bersendirian, mereka serigala buas (Talbis Iblis hal. 371)
Imam Asy-Syafii juga berkata: “Dasar
landasan tasawwuf adalah kemalasan.” (Al-Hilyah 9/136-137)
Kenyataan sufiyah
menjadi saksi apa yang dikatakan Imam Asy-Syafii bahwa dasar landasan mereka
adalah malas. Mereka adalah orang yang paling rajin dalam menunaikan bid’ah dan
penyelisihan syariat. Dan mereka juga orang yang paling sangat malas dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menghidupkan sunnah-sunnah nabi
(tuntunan-tuntunan nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagai tambahan… suatu waktu Imam Waki’ (salah satu guru Imam Asy-Syafii)
berkata kepada Sufyan bin ‘Ashim: “Kenapa engkau meninggalkan hadits
Hisyam?” Sufyan bin Ashim menjawab: “Aku berteman dengan satu kaum dari
sufiyyah, dan aku merasa kagum dengan mereka, kemudian mereka berkata: ‘Jika
kamu tidak menghapus hadits Hisyam, kami akan berpisah denganmu’.” Maka Imam
Waki’ berkata: “Sesungguhnya ada kedunguan
pada mereka.” (Talbis Iblis hal 371-372)
sumber: http://fatwasyafiiyah.blogspot.com/2009/09/imam-asy-syafii-tentang-sufiyah.html#ixzz1ZUaLvGq2
sumber: http://fatwasyafiiyah.blogspot.com/2009/09/imam-asy-syafii-tentang-sufiyah.html#ixzz1ZUaLvGq2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar