Selasa, 17 April 2012

DASAR ISLAM ADALAH AL-QUR-AN DAN AS-SUNNAH YANG SHAHIH MENURUT PEMAHAMAN SALAFUSH SHALIH-2


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


C. Dalil-Dalil dari Penjelasan Salafush Shalih

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: اِتَّبِعُوْا وَلاََ تَبْتَدِعُوْا فَقَدْ كُفِيْتُمْ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Hendaklah kalian mengikuti dan janganlah kalian berbuat bid’ah. Sungguh kalian telah dicukupi dengan Islam ini, dan setiap bid’ah adalah kesesatan.[1]

‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu juga mengatakan:

مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَأَسِّيًا فَلْيَتَأَسَّ بِأَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّهُمْ كَانُوْا أَبَرَّ هَذِهِ اْلأُمَّةِ قُلُوْبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، وَأَقْوَمَهَا هَدْيًا، وَأَحْسَنَهَا حَالاً، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَلإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرِفُوْا لَهُمْ فَضْلَهُمْ وَاتَّبِعُوْهُمْ فِي آثَارِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيْمِ.

“Barangsiapa di antara kalian yang ingin meneladani, hendaklah meneladani para Shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya mereka adalah umat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, dan paling lurus petunjuknya, serta paling baik keadaannya. Suatu kaum yang Allah telah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya, untuk menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsarnya, karena mereka berada di jalan yang lurus” [2]

Imam al-Auza’i rahimahullah (wafat th. 157 H) mengatakan:

اِصْبِرْ نَفْسَكَ عَلَى السُّنَّةِ، وَقِفْ حَيْثُ وَقَفَ الْقَوْمُ، وَقُلْ بِمَا قَالُواْ، وَكُفَّ عَمَّا كُفُّوْا، وَاسْلُكْ سَبِيْلَ سَلَفِكَ الصَّالِحَ، فَإِنَّهُ يَسَعُكَ مَا وَسِعَهُمْ.

“Bersabarlah dirimu di atas Sunnah, tetaplah tegak sebagaimana para Shahabat tegak di atasnya. Katakanlah sebagaimana yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya. Dan ikutilah jalan Salafush Shalih karena akan mencukupi kamu apa saja yang mencukupi mereka.”[3]

Beliau rahimahullah juga berkata:

عَلَيْكَ بِآثَارِ مَنْ سَلَفَ وَإِنْ رَفَضَكَ النَّاسُ، وَإِيَّاكَ وَآرَاءَ الرِّجَالِ وَإِنْ زَخْرَفُوْهُ لَكَ بِالْقَوْلِ.

“Hendaklah kamu berpegang kepada atsar Salafush Shalih meskipun orang-orang menolaknya dan jauh-kanlah dirimu dari pendapat orang meskipun ia hiasi pendapatnya dengan perkataannya yang indah.” [4]

Muhammad bin Sirin rahimahullah (wafat th. 110 H) berkata:

كَانُوْا يَقُوْلُوْنَ: إِذَا كَانَ الرَّجُلُ عَلَى اْلأَثَرِ فَهُوَ عَلَى الطَّرِيْقِ.

“Mereka mengatakan, ‘Jika ada seseorang berada di atas atsar (Sunnah), maka sesungguhnya ia berada di atas jalan yang lurus.’” [5]

Imam Ahmad rahimahullah (wafat th. 241 H) berkata:

أُصُوْلُ السُّنَّةِ عِنْدَنَا: اَلتَّمَسُّكُ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاْلاِقْتِدَاءُ بِهِمْ وَتَرْكُ الْبِدَعِ وَكُلُّ بِدْعَةٍ فَهِيَ ضَلاَلَةٌ.

“Prinsip Ahlus Sunnah adalah berpegang dengan apa yang dilaksanakan oleh para Shahabat Radhiyallahu anhum dan mengikuti jejak mereka, meninggalkan bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” [6]

Imam al-Barbahary rahimahullah [7] (wafat th. 329 H) berkata:
1. “Ketahuilah sesungguhnya Islam adalah Sunnah dan Sunnah adalah Islam dan masing-masing tidak dapat dipisah-pisahkan.”

2. “Termasuk bagian dari Sunnah adalah tetap di atas al-Jama’ah, barangsiapa condong kepada selain al-Jama’ah dan menyelisihinya, maka ia telah melepas tali Islam dari pundaknya dan telah sesat dan menyesatkan.”

3. “Landasan dan tolok ukur al-Jama’ah adalah para Shahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam -semoga Allah merahmati mereka semua-, mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Barangsiapa yang tidak mengambil kebenaran dari mereka, maka ia telah memilih jalan kesesatan dan kebid’ahan. Setiap bid’ah adalah sesat dan setiap pelaku kesesatan diancam menjadi penghuni Neraka.” [8]

4. “‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata, ‘Allah tidak menerima udzur bagi seorang pun yang berbuat kesesatan yang dia anggap petunjuk. Begitu juga Allah tidak menerima udzur bagi seorang pun yang meninggalkan petunjuk yang ia anggap sebagai kesesatan karena semua perkara telah dijelaskan secara tuntas dan hujjah telah ditegakkan secara sempurna sehingga tidak ada celah bagi siapa pun untuk mencari-cari alasan.’”[9]

As-Sunnah dan al-Jama’ah telah meletakkan kerangka agama secara sempurna dan telah tampak jelas kepada seluruh orang yang mengikutinya.

5. “Ketahuilah wahai saudaraku rahimakallaah (semoga Allah memberikan kasih sayang-Nya kepadamu) bahwa agama hanyalah ajaran yang datang dari Allah Azza wa Jalla dan bukan berdasarkan pada ketetapan akal dan pemikiran manusia.

“Semua ilmu agama bersumber dari Allah dan Rasul-Nya, maka janganlah engkau mengikuti hawa nafsu sehingga engkau terhempas dari agama dan keluar dari Islam. Tidak ada alasan bagimu sebab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan tentang Sunnah kepada seluruh umatnya dan mengajarkan secara tuntas kepada semua para Shahabatnya, mereka adalah al-Jama’ah dan Sawadul A’zham. Sawadul A’zham ialah kebenaran dan para pembelanya, maka barang-siapa yang menyelisihi para Shahabat Rasul dalam sebagian masalah agama, ia telah kafir.”[10]

Perhatian Para Ulama Terhadap Aqidah Salafush Shalih
Sesungguhnya para ulama mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap ‘aqidah Salafush Shalih. Mereka menulis kitab-kitab yang banyak sekali untuk menjelaskan dan menerangkan ‘aqidah Salaf ini, serta membantah orang-orang yang menentang dan menyalahi ‘aqidah ini dari berbagai macam firqah dan golongan yang sesat. Karena sesungguhnya ‘aqidah dan manhaj Salaf ini dikenal dengan riwayat bersambung yang sampai kepada imam-imam Ahlus Sunnah dan ditulis dengan penjelasan yang benar dan akurat.

Adapun untuk mengetahui ‘aqidah dan manhaj Salaf ini maka kita bisa melihat:
Pertama, penyebutan lafazh-lafazh mereka dan riwayat Ahlul Hadits dengan sanad-sanad yang shahih.

Kedua, yang meriwayatkan ‘aqidah dan manhaj Salaf adalah seluruh ulama kaum muslimin dari berbagai macam disiplin ilmu, yaitu: Ahlul Ushul, Ahlul Fiqh, Ahlul Hadits, Ahlut Tafsir, dan yang lainnya.

Sehingga ‘aqidah dan manhaj Salaf ini diriwayatkan oleh para ulama dari berbagai disiplin ilmu secara mutawatir.

Penulisan dan pembukuan ‘aqidah dan manhaj Salaf (seiring) bersamaan dengan penulisan dan pembukuan Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Pentingnya berpegang dengan ‘aqidah Salaf ini di antara ‘aqidah-‘aqidah yang lainnya, yaitu antara lain :

1. Dengan ‘aqidah Salaf, seorang muslim akan mengagungkan Al-Qur-an dan As-Sunnah, adapun ‘aqidah yang lain karena mashdarnya (sumbernya) hawa nafsu, maka mereka akan mempermainkan dalil, sedang dalil dan tafsirnya mengikuti hawa nafsu.

2. Dengan ‘Aqidah Salaf, seorang muslim akan terikat dengan generasi yang pertama, yaitu para Shahabat Radhiyallahu anhum, mereka adalah sebaik-baik manusia dan umat.

3. Dengan ‘aqidah Salaf, kaum Muslimin dan da’i-da’inya akan bersatu sehingga dapat mencapai kemuliaan serta menjadi sebaik-baik umat. Hal ini karena ‘aqidah Salaf berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman para Shahabat. Adapun ‘aqidah selain ‘aqidah Salaf, maka dengannya tidak akan tercapai persatuan bahkan yang akan terjadi adalah perpecahan dan kehancuran. Imam Malik rahimahullah berkata:

لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هَذِهِ اْلأُمَّةِ إِلاَّ مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا.

“Tidak akan baik umat ini melainkan apabila mereka mengikuti baiknya generasi yang pertama umat ini (Shahabat).” [11]

4. ‘Aqidah Salaf adalah ‘aqidah yang jelas, mudah dan jauh dari ta’wil, ta’thil dan tasybih. Oleh karena itu, dengan kemudahan ini setiap muslim akan mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan akan merasa tenang dengan qadha’ dan qadar -Nya Subhanahu wa Ta'ala.

5. ‘Aqidah Salaf adalah ‘aqidah yang selamat, karena as-Salafush Shalih lebih selamat, lebih mengetahui dan lebih bijaksana (aslam, a’lam, ahkam). Dan dengan ‘aqidah Salaf ini akan membawa seseorang kepada keselamatan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, berpegang pada ‘aqidah Salaf ini hukumnya wajib.

Kewajiban Mengikuti Salafush Shalih
Kewajiban mengikuti Salafush Shalih bukanlah perkara bid’ah, bahkan ini adalah perkara wajib sebagaimana yang diisyaratkan dalam surat an-Nisaa' ayat 115.
Allah Ta’ala berfirman:

وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul (Muhammad) sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam Neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisaa': 115]

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberi ultimatum keras terhadap siapa saja yang menyelisihi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan menentang beliau dan menyalahi jalannya orang-orang yang beriman yaitu jalannya para Shahabat. Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang muslim yang mengaku pengikut Al-Qur-an dan As-Sunnah untuk mengikuti pemikiran atau pendapat yang dipegang oleh generasi Salafush Shalih. Sebab apa yang mereka pegang merupakan penjelasan dari Al-Qur-an dan As-Sunnah.

Kita sama-sama mengetahui bahwa As-Sunnah merupakan penjabaran dan penjelasan dari isi Al-Qur-anul Karim, sebagaimana Allah berfirman:

وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan Kami turunkan Al-Qur-an kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia tentang apa yang telah diturunkan kepada mereka...” [An-Nahl: 44][12]

[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3]
_______
Footnote
[1]. Dikeluarkan oleh Imam Waki’ dalam kitabnya, az-Zuhud, Imam Ahmad, ad-Darimy dalam Sunannya; Syarah Ushul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah (I/96 no. 104)
[2]. Dikeluarkan oleh Ibnu ‘Abdil Baar dalam kitabnya Jami’ul Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlih (II/947 no. 1810), tahqiq: Abul Asybal.
[3]. Syarh Ushul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah (I/174 no. 315).
[4]. Imam al-Ajurry dalam as-Syari’ah (I/445 no. 127) dishahihkan oleh Syaikh al-Albany dalam Mukhtashar al-‘Uluw lil Imam adz-Dzahaby (hal. 138), Siyar A’laamin Nubalaa’ (VII/120).
[5]. HR. Ad-Darimy (I/54), Ibnu Baththah dalam al-Ibanah ‘an Syari’atil Firqatin Najiyah (I/356 no. 242). Syarah Ushul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah oleh al-Laalikaiy (I/98 no. 109).
[6]. Syarah Ushul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama‘ah oleh al-Laalikai (I/175-185 no. 317).
[7]. Lihat Syarhus Sunnah lil Imam al-Barbahary, tahqiq Khalid bin Qasim ar-Raddady (point 1-5, hal. 59-60).
[8]. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, “Setiap yang bid’ah adalah sesat dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka.” (HR. Nasa’i III/188 dan al-Baihaqy dalam Asma’ wa Shifat, dari hadits Jabir yang di-shahihkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam al-Fatawa al-Kubra III/163)
[9]. Dikeluarkan oleh Ibnu Baththah dalam al-Ibanah al-Kubra (162) dari jalan al-Auza’i bahwa ‘Umar Radhiyallahu anhu menyampaikan kepadanya namun sanadnya munqathi’. Dan al-Mawarzi mengeluarkan dalam as-Sunnah (95) dari ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, ia berkata, “Setelah datang Sunnah tidak ada alasan bagi siapa pun untuk melakukan suatu kesesatan, sementara hal itu dianggap petunjuk.” (Lihat Syarhus Sunnah hal. 60)
[10]. Ini tidak secara mutlak, sebab kufur tidak bisa dituduhkan kepada orang per orang, kecuali telah nyata-nyata melakukan kekufuran sementara tidak ada penghalang untuk dikafirkan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa (XII/487) berkata, “Meng-kafirkan orang memiliki beberapa syarat dan penghalangnya yang mungkin tidak ada pada seseorang, sebab mengkafirkan secara umum tidak melazimkan takfir secara orang per orang kecuali setelah memenuhi syarat dan tidak ada penghalangnya.”
[11]. Lihat Ighatsatul Lahfaan min Mashaayidhisy Syaitan (hal. 313) oleh Ibnul Qayyim, tahqiq Khalid ‘Abdul Latiif as-Sab’il ‘Alamiy, cet. Daarul Kitab al-‘Araby, 1422 H; Sittu Durar min Ushuuli Ahlil Atsar (hal. 73) oleh ‘Abdul Malik bin Ahmad Ramadhany.
[12]. Dinukil dan diringkas dari kitab at-Ta’liiqaat as-Saniyyah Syarah Ushuulud Da’wah as-Salafiyyah (hal. 23-24, 31-32) oleh Muhaddits al-‘Allamah Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani v, disusun oleh ‘Amr ‘Abdul Mun’im Salim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar